Kamis, 17 September 2015

REZEKI DAN JODOHKU : PRASANGKA TERBAIKKU UNTUK ALLAH

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Ketika saya sedang browsing internet, tiba-tiba saya menemukan tulisan ini. Subhanallah, karena indahnya kisah ini, maka saya copas ke dalam blog ini. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan mendapatkan manfaat dari kisah ini. Berikut kisahnya:

Selalulah berkhusnudzon dengan ketetapan Allah, dalam kondisi apapun. Aku tahu pasti hasilnya, karena terlalu sering aku mengalami banyak hal yang semua berpangkal pada satu, khusnudzon sama Allah.

Dulu, aku memutuskan kuliah karena aku yakin ayah dan kakakku mau membiayaiku, dan tidak akan membuatku telantar. Tapi keyakinan itu sirna, setelah Ayah dipanggil olehNya, dan penghasilan kakakku (satu-satunya orang yang berpenghasilan tetap di keluargaku) hanya cukup untuknya hidup.

Bayangkan, gaji kakakku yang hanya 500 ribu sebulan, mana cukup untuk kehidupanku dan biaya kuliahku, untuk dirinya sendiripun aku rasa kurang dari cukup (dalam kacamata manusia), sedangkan biaya satu semesterku minimal untuk SPP 700 ribu.

Namun, beruntunglah diriku saat itu. Saat dimana pemahamanku tentang konsep iman, konsep rejeki dan konsep qada qadar sudah mengakar kuat. Alhamdulillah, keyakinan pada pertolongan Allah lah yang membuatku selalu merasa bisa dan mampu bertahan, apapun yang nanti aku alami. Tentu dengan berusaha menunjukkan padaNya, bahwa aku layak mendapatkan pertolonganNya (Muhammad : 7).

Hanya karena kemudahanNya lah, aku mendapatkan lima beasiswa dalam kurun selama 5 tahun kuliah. Jumlah terbanyak yang pernah diraih oleh mahasiswa dimana tempatku belajar serta tawaran mengajar privat disana-sini, tanpa perlu bersusah payah mengajukan lamaran ke sebuah lembaga bimbingan belajar.

Karena kemudahanNya lah, aku mampu mengasah keterampilan menjahitku, secara otodidak, dari hanya memasarkan produk kain flannel secara kecil-kecilan, hingga diberi kemudahan rejeki untuk membeli mesin jahit dan mesin obras, lalu menjalankan usaha jahitku saat itu. Akupun mampu memenuhi kebutuhanku sendiri, sejak sebelum lulus.

Aku selalu ingat cerita yang selalu kuberikan pada para siswa SMP binaanku, cicak yang merayap pun selalu bisa mendapatkan nyamuk yang terbang, itulah kemurahan Allah. Maka jangan pernah berputus asa dari rahmatNya.

Dulu, sering aku tak memegang uang sepeserpun di tangan, sedangkan mau pinjam lagi ke kawan satu kostan terbersit rasa malu, karena hutang yang kemarin pun belum mampu kulunasi.

Tapi aku selalu yakin, Allah tak akan pernah menelantarkan hambaNya, selama kita yakin akan pertolonganNya. Dan sering, disaat rasa laparku tak mampu tertahan lagi, ada yang tiba-tiba membayar daganganku, sekalipun mungkin hanya 5 ribu saja, Alhamdulillah, setidaknya aku bisa makan malam nanti dan esok pagi.

Atau ketika aku tak punya cukup ongkos untuk sekedar mudik ke kampung halaman, Subhanallah, dosenku yang baik saat itu, menawarkan pinjaman kepada mahasiswanya, dan kau tahu, aku mengembalikan uang pinjaman itu pada lebaran tahun berikutnya.

Atau ketika aku butuh dana untuk penelitian saat itu, iseng kugesekkan KTM ku, berharap masih ada sisa beasiswa yang terkirim. Padahal aku tahu, beasiswa itu sudah habis masa berlakunya, karena 2 bulan sebelumnya aku selalu mendapati KTM ku kosong.

Tapi memang kebiasaanku saat itu, setiap mengantar teman ke ATM, aku sering iseng menggesekkan KTM ku, dan Subahanallah, lagi, aku tak menyangka beasiswa itu akhirnya terkirim lagi, sebagai perpanjangan tahun berikutnya. Kejadian-kejadian kecil itu, selalu membuatku tak bisa untuk bersu’udzon kepadaNya.

Aku hanya mampu menangis, karena Allah begitu menyayangiku, sekalipun diri ini berlumpur dosa dan maksiat. Astaghfirullah…

Dan cerita tak berhenti sampai disini. Aku ingat saat penelitian, aku sengaja mengambil proyek dosen dengan topik dan masa penelitian yang mudah dan singkat, disamping mencari yang ada penyandang dananya, salah satunya untuk mempercepat proses kelulusanku, yang kutarget tak lebih dari 4 tahun.

Di tengah jalan, ternyata tak semudah yang kubayangkan. Dari kesalahan penyiapan bahan, tempat penelitian yang harus mengantri dan bahan-bahan penelitian yang harus kutanggung dulu, karena dana yang belum cair.

Tapi Alhamdulillah, aku tak harus mengulang sekalipun ada kesalahan penyiapan bahan, lalu tempat yang mengantri membuatku mengenal penelitian di topik yang sama yang akhirnya memudahkan saat proses penulisan, dan kemunduran pencairan dana akhirnya ditanggung oleh kawan yang satu penelitian denganku, walaupun kelulusanku akhirnya mundur sekitar enam bulan dari target awal.

Subhanallah, betapa indah rencanaMu ya Allah, yang tak akan mungkin mampu kuurai, bagaimana ini semua bisa terjadi?

Apakah masih ada cerita lain? Ya, masih ada dan mungkin belum akan selesai hingga aku menghadapNya. Aku ingat, salah satu impianku adalah mengajar di salah satu SDIT favoritku di kota tempatku kuliah.

Dan kau tau, tahun kelulusanku adalah tahun dimana SDIT tersebut membutuhkan banyak guru, karena perluasan kelas dan beberapa guru yang memutuskan keluar.

Yah, aku diterima, sesuatu yang dulu kupikir sangat sulit, melihat banyak kakak tingkatku yang gagal (bahkan aku merasa kualitas mereka lebih baik dariku) ketika mendaftar dulu. Subhanallah, Kau meluluskanku di tahun yang tepat ya Allah.

Lagi? Tentu saja. Di tengah perjalanan, ketika usia mengajarku baru menginjak dua bulan, kakak memintaku pulang, karena Mamak tercintaku membutuhkan kehadiranku. Walaupun aku harus meninggalkan semua mimpiku disini, lagi-lagi aku yakin, mungkin Allah punya rencana lain dengan semua ini. Dan ternyata iya, disinilah aku akhirnya membangun mimpi selanjutnya.

Sungguh tak disangka, saat kepulanganku adalah saat dimana sebuah balai penelitian tanaman perkebunan, membutuhkan seorang peneliti. Apakah sebuah kebetulan? Bukan, karena inilah skenario Allah yang Maha Indah. Mereka membutuhkan peneliti bukan pada saat harus membuka lowongan.

Balai itu membutuhkan peneliti, karena salah satu peneliti yang baru direkrutnya memutuskan keluar, dan dia berada pada bidang yang kutekuni saat kuliah, Pemuliaan Tanaman. Kau tahu kan, jika dia tak keluar, maka lowongan itu tak mungkin ada, dan jika bukan bidangku, maka akupun tak akan mungkin diterima, karena syarat seorang peneliti adalah sesuai dengan bidang kepakarannya.

Entah mengapa aku yakin sekali, inilah jalanku, sekalipun saat itu aku harus melewati banyak kandidat yang lain dan hanya satu orang yang direkrut. Dan Alhamdulillah, Subhanallah, lagi dan lagi, rasa syukur tak hentinya kupanjatkan pada Dzat Yang Maha Pengasih.

Menjadi peneliti, membuatku meraih mimpi-mimpiku. Mimpi memiliki publikasi skala nasional bahkan internasional, mimpi menjelajah Nusantara bahkan luar Negara, mimpi memiliki jaringan hingga ke pelosok negeri, dan tentu saja, selalu berada dekat dengan Mamak tercintaku.

Subhanallah, maka alasan apa yang membuat kami harus bersu’udzon kepadaMu?

Lagi, di tahun pertama aku bekerja, kakak ketigaku terlilit hutang sebagai akibat kebangkrutan usahanya, bahkan hingga puluhan juta. Hingga gaji tahun pertamaku harus tersisih untuk turut melunasi hutang-hutangnya.

Tapi Alhamdulillah, Allah memberiku cahayaNya hingga bisa melihat segala permasalahan dengan jernih, dan mengambil hikmah tentunya. Rumah peninggalan ayah di kota tempatnya bekerja, akhirnya kami jual. Berkat penjualan rumah itu, kami akhirnya mampu memperbaiki rumah yang ditinggali Mamak yang kondisinya sudah hampir ambruk, disamping untuk melunasi hutang-hutangnya. Ya, aku yakin Allah membuka kami jalan untuk menjual rumah itu, karena Maha Tahu apa yang paling tepat diberikanNya untuk kami.

Dan tentu saja, tentang jodoh. Aku sudah tak menghitung lagi, berapa proses kulewati dan selalu berakhir dengan kegagalan. Tapi aku selalu yakin, kelak, Allah akan memilihkan seseorang untukku di saat yang tepat.

Aku ingat perkataan guru mengajiku saat itu… “Jodoh itu dari Allah, maka mintalah sama Allah, dan upayakan diri kita layak mendapatkan jodoh dariNya”, Yah, aku akhirnya sadar, jangan pernah menyalahkan orang yang meninggalkan kita, jangan pernah menyalahkan mereka yang tak ikhlas menerima kita, terlebih jangan pernah menyalahkan takdir.

Tapi teruslah ukur diri kita, sudahkah kita layak mendapatkan jodoh terbaik dariNya? siapkah kita saat Allah menjodohkan kita dengan manusia pilihanNya? maka fokuslah pada apa yang bisa kita upayakan, jangan fokus kepada hal-hal yang diluar kemampuan kita, karena menentukan siapa dan kapan jodoh kita, adalah HAK Allah semata.

Dan tahukah kau, dulu aku pernah berharap mendapatkan seseorang yang mau menemaniku di kota kelahiranku, dan memiliki kemampuan berwiraswasta yang mumpuni, selain sholeh dan giat berdakwah tentunya.

Dan Subhanallah, ternyata sosok seperti itu akhirnya dihadirkanNya di hadapanku. Dan dia, ya Allah, laki-laki itu begitu ikhlas menerimaku… sesuatu yang aku yakin, Jika Kau sudah memudahkannya, maka tak ada satupun yang bisa menyulitkannya.

Dan nanti ya Allah, jika aku kehilangan apapun yang aku sukai, apapun yang aku sayangi, dan apapun milikMu yang Kau titipkan padaku, aku yakin Kau telah menyiapkan ganti yang lebih baik, dan rencanaMu ya Allah, adalah rencana yang terindah, skenario mengagumkan yang hanya akan terlihat indah, pada mereka yang berkhusnudzon pada setiap ketetapanMu…

“Duhai Tuhanku, karuniakan padaku ilham agar aku selalu mensyukuri .... nikmat-Mu yang Kau anugrahkan padaku dan kepada kedua orang tuaku, ... dan agar aku selalu beramal shaleh yang Kau ridhai. Dengan rahmat-Mu ... masuk ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh.” (An-Naml/27:19).

Kesimpulan: Selalulah berkhusnudzon dengan ketetapan Allah,

Wallahu A'lam Bishawab ...
#Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah .. Wabillahi Taufik Wal Hidayah, salam terkasih dari sahabat untuk sahabat ...



SUMBER : www.lampuislam.com

0 komentar:

Posting Komentar