Kamis, 17 September 2015

AYAH, MAAFKANLAH AKU

Assalamu''alaikum Wr.Wb.

Pada suatu malam, ada seorang ayah yang duduk bersama anaknya di bangku taman. Sang ayah berkata kepada anaknya sembari tangannya menunjuk ke arah bintang-bintang yang menghiasi langit malam, “Wahai anakku, ada banyak cahaya berkerlap-kerlip di langit yang begitu indah. Cahaya apakah itu?” 

Putranya pun memaklumi pertanyaan ayahnya karena beliau memang sudah tua, rambutnya sudah memutih, rambut-rambutnya pun sudah mulai rontok. Guratan-guratan di wajah sang ayah mencerminkan bahwa usia telah memakan masa mudanya. Dan biasanya orang kalau sudah tua, maka sifatnya pun berubah menjadi seperti anak-anak lagi. Jadi dia berkata kepada ayahnya “Ya ayah, itu adalah sebuah bintang.”

Beberapa menit berlalu dan ayahnya menoleh ke anaknya lagi sembari berkata “Wahai anakku, cahaya di langit itu tampak indah, apakah itu?” Putranya melihat ke ayahnya lagi dan berkata “Ayah, sudah kukatakan, itu adalah bintang.” Anaknya bergumam dalam hati "Ah, namanya juga ayahku sudah agak pikun, walaupun kadang menjengkelkan juga."

Kemudian beberapa menit berlalu. Kemudian ayahnya melihat kepada bintang-bintang lagi, dan berkata kepada anaknya “Wahai anakku, benda apakah yang terang di langit itu?” Dan kali ini anaknya pun merasa kesal. Dia menatap ayahnya dengan marah “Wahai orangtua, apakah kau sudah buta? Sudah kuberitahu itu adalah bintang.”

Air mata mengalir dari mata sang ayah dan dia berkata kepada putranya “Nak, ketika kau masih balita, berapa kali kau bertanya padaku: 'Ayah apa ini? Ayah apa itu? Tapi tidak sekali pun aku marah padamu. Tidak sekali pun aku menghardikmu. Setiap kali kau bertanya, aku selalu menjawabnya, tapi hari ini aku hanya bertanya kepadamu sebanyak 3 kali dan kau memanggilku dengan sebutan orangtua dan buta.

Menyadari kesalahannya, air mata pun mengalir dari putranya. Dia meminta maaf kepada sang ayah dan berjanji takkan mengulangi perbuatannya lagi.

Moral dari kisah ini:

Kita tidak ingat apa yang orangtua kita lakukan untuk kita. Kita tidak ingat kesukaran yang mereka alami. Hanya ketika kita menjadi dewasa dan menjadi orangtua, barulah kita menyadari sulitnya menjadi orangtua. Seharusnya kita menghormati orangtua kita mengingat begitu banyaknya pengorbanan yang mereka berikan untuk kita.


SUMBER : www.lampuislam.org

0 komentar:

Posting Komentar